Aceh, yang dikenal sebagai Serambi Mekkah, memiliki beragam tradisi Islam yang sangat kental dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu tradisi yang paling dinanti masyarakat Aceh menjelang hari-hari besar Islam seperti Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha adalah Tradisi Meugang. Tradisi ini bukan sekadar tentang memasak dan makan daging, tetapi menjadi simbol kebersamaan, keberkahan, serta bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai keluarga dan sosial.
Apa Itu Tradisi Meugang?
Meugang (baca: meu-gang) merupakan tradisi memasak dan menikmati hidangan daging bersama keluarga, tetangga, bahkan para tamu yang datang. Tradisi ini telah ada sejak masa Kesultanan Aceh dan masih dilestarikan hingga saat ini. Biasanya dilakukan 1–2 hari sebelum puasa Ramadan, Hari Raya Idul Fitri, maupun Idul Adha.
Pada hari Meugang, suasana pasar di Aceh menjadi sangat hidup. Pedagang daging memadati pasar tradisional, bahkan banyak yang berjualan di pinggir jalan karena tingginya permintaan. Keluarga-keluarga di Aceh akan membeli daging, baik sapi maupun kambing, lalu mengolahnya menjadi berbagai menu khas seperti rendang Aceh, kari, tumis daging daun pepaya, hingga kuah asam keu-eung (asam pedas khas Aceh).
Lebih dari Sekadar Makan Daging
Di balik potongan daging dan sajian lezat, Meugang adalah perwujudan rasa syukur dan kasih sayang. Meugang memberi kesempatan kepada seluruh anggota keluarga untuk berkumpul, terutama mereka yang merantau akan berusaha pulang ke kampung halaman untuk merayakan bersama orang tua dan kerabat.
Masyarakat Aceh juga menjadikan Meugang sebagai momentum berbagi. Banyak keluarga yang membagikan daging kepada tetangga yang kurang mampu atau mengundang mereka untuk makan bersama. Tak jarang, masyarakat yang memiliki rezeki lebih akan menyembelih sapi dan membagikannya secara cuma-cuma sebagai bentuk sedekah.
Meugang dan Spirit Sosial Masyarakat Aceh
Tradisi ini juga menjadi penyeimbang sosial dalam masyarakat. Tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin saat Meugang berlangsung. Semua orang bisa menikmati masakan berbahan daging yang mungkin bagi sebagian hanya bisa dirasakan di momen-momen spesial seperti ini.
Bahkan di banyak kampung, suasana kekeluargaan begitu terasa dengan adanya “makan bersama dalam talam” (nampan besar yang diisi berbagai lauk). Satu talam bisa dinikmati 4–6 orang sambil duduk lesehan, menciptakan kedekatan emosional dan spiritual yang sulit digambarkan dengan kata-kata.
Menginap Nyaman Saat Meugang di Banda Aceh: Portola Grand Arabia Hotel
Bagi wisatawan atau masyarakat perantauan yang pulang kampung ke Aceh dan ingin merasakan suasana Meugang sambil tetap menikmati kenyamanan menginap, Portola Grand Arabia Hotel adalah pilihan yang sangat direkomendasikan.
🏨 Portola Grand Arabia Hotel Banda Aceh
Lokasi Strategis: Terletak di jantung kota Banda Aceh, dekat dengan Masjid Raya Baiturrahman, Museum Tsunami Aceh, dan kawasan kuliner khas Aceh.
Fasilitas Lengkap: Kamar modern, restoran halal dengan menu lokal dan internasional, layanan spa, ballroom, dan ruang meeting.
Suasana Islami dan Elegan: Nuansa arsitektur hotel yang elegan dengan sentuhan budaya Timur Tengah dan Islami menjadikan pengalaman menginap makin berkesan.
Layanan Terbaik: Staf hotel ramah dan profesional, siap membantu tamu menikmati waktu mereka selama berada di Banda Aceh.
Saat Meugang, Portola Grand Arabia sering menyajikan menu spesial khas Aceh, seperti kuah beulangong, daging meurah, hingga kopi Gayo, yang bisa dinikmati langsung di restorannya.
Mengapa Kamu Harus Mengalami Tradisi Meugang di Aceh Sekali Seumur Hidup?
Meugang bukan sekadar tradisi lokal—ia adalah pelajaran hidup. Tentang rasa syukur, kebersamaan, dan saling berbagi. Tradisi ini mengajarkan bahwa dalam setiap potong daging yang disantap bersama, ada nilai kemanusiaan yang dijaga turun-temurun. Bagi kamu yang belum pernah merasakan langsung suasana Meugang, datang ke Aceh dan tinggal beberapa hari menjelang Ramadan adalah pengalaman yang sangat berharga.
FAQs: Seputar Tradisi Meugang dan Menginap di Portola Grand Arabia Aceh
❓ Kapan biasanya tradisi Meugang dilakukan?
Jawab: Meugang dilakukan 1–2 hari sebelum Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Namun waktu bisa berbeda tergantung keputusan pemerintah daerah atau ulama setempat.
❓ Apakah wisatawan bisa ikut merayakan Meugang?
Jawab: Sangat bisa! Banyak keluarga Aceh terbuka dan ramah. Jika kamu bertamu ke rumah teman atau kenalan, mereka seringkali akan mengajak makan bersama.
❓ Apa makanan khas yang biasa dimasak saat Meugang?
Jawab: Rendang Aceh, kuah asam keu-eung, kari daging, kuah beulangong, hingga tumis daging dengan daun pepaya.
❓ Apakah Portola Grand Arabia menyediakan paket Meugang atau kuliner khas saat Ramadan?
Jawab: Ya, hotel ini sering menghadirkan promo buffet buka puasa dan menu khas Aceh yang cocok dinikmati saat bulan Ramadan atau momen Meugang.
❓ Bagaimana cara menuju Portola Grand Arabia Hotel dari Bandara Sultan Iskandar Muda?
Jawab: Perjalanan dari bandara ke hotel memakan waktu sekitar 20–30 menit dengan mobil atau taksi. Hotel juga menyediakan layanan antar-jemput dengan reservasi sebelumnya.
Penutup: Tradisi Meugang adalah bukti bahwa budaya dapat menyatukan rasa, keluarga, dan bahkan orang-orang yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Aceh. Jika kamu mencari tempat terbaik untuk merasakan suasana ini tanpa mengorbankan kenyamanan, Portola Grand Arabia Hotel adalah pilihan ideal yang menggabungkan tradisi dan modernitas dalam satu paket.