
Sungai Musi adalah nadi kehidupan Palembang. Sungai sepanjang lebih dari 700 kilometer ini bukan hanya jalur transportasi, tetapi juga saksi sejarah panjang peradaban di Sumatera Selatan. Di antara cerita-cerita tentang Sriwijaya, perdagangan rempah, hingga modernisasi kota, terdapat satu kisah yang hampir terlupakan: komunitas rakit, kelompok masyarakat yang hidup di rumah-rumah terapung di sepanjang tepian Sungai Musi.
Dulu, rumah rakit adalah pemandangan umum di Palembang. Kini, keberadaannya semakin jarang, tertinggal hanya beberapa yang bertahan di antara derasnya arus pembangunan perkotaan. Artikel ini mengajak Anda menjelajahi kehidupan komunitas rakit: bagaimana mereka hidup, bagaimana mereka bertahan, dan mengapa cerita mereka penting untuk dilestarikan.
Sejarah Komunitas Rakit: Jejak Warisan Sriwijaya
Kemunculan rumah rakit tidak lepas dari posisi Palembang sebagai pusat kerajaan bahari Sriwijaya. Masyarakat yang tinggal di tepian sungai memanfaatkan air sebagai sumber penghidupan utama—mulai dari transportasi, perdagangan, hingga aktivitas domestik.
Rumah rakit pada dasarnya adalah rumah kayu yang dibangun di atas rangkaian batang kayu besar yang tahan air, seperti jenis kayu unglen atau tembesu. Kombinasi ketahanan kayu dan desain terapung membuat rumah rakit mampu mengikuti pasang surut air secara alami tanpa risiko besar.
Pada masa kolonial, rumah rakit bahkan menjadi ikon Palembang. Banyak pedagang, nelayan, hingga keluarga pendatang menetap di atas rumah rakit karena aksesnya yang dekat dengan jalur perdagangan sungai. Sungai adalah pusat kehidupan, dan rumah rakit adalah bentuk adaptasi masyarakat terhadap lingkungan yang dominan air.
Arsitektur Rumah Rakit: Kearifan Lokal di Atas Air
Rumah rakit bukan sekadar bangunan sederhana yang mengapung. Ada seni dan teknik yang diwariskan turun-temurun.
Beberapa ciri khas rumah rakit antara lain:
-
Menggunakan kayu tahan air seperti unglen, yang sulit lapuk.
-
Rangka rumah yang fleksibel, mengikuti gerakan air tanpa mudah roboh.
-
Tali tambat yang dipasang ke tiang atau tepi daratan, agar rumah tidak terseret arus.
-
Lantai berongga, yang membantu menjaga sirkulasi udara dan mengurangi kelembapan.
Bahkan, beberapa rumah rakit tradisional memiliki ruang tamu, dapur, hingga area untuk menyimpan jaring atau hasil tangkapan ikan. Meski sederhana, desainnya fungsional dan sesuai dengan gaya hidup masyarakat sungai.
Aktivitas Sehari-Hari: Harmoni antara Air dan Kehidupan
Hidup di atas air membuat masyarakat rakit memiliki aktivitas yang unik dibanding warga daratan. Anak-anak terbiasa berenang sejak kecil, orang tua mencari ikan pagi dan malam hari, dan aktivitas mencuci sering dilakukan langsung di tepi rumah.
Sungai Musi adalah tempat:
-
Bermain anak-anak
-
Menangkap ikan
-
Berjualan hasil tangkapan
-
Mengangkut barang dengan perahu kecil
-
Berinteraksi dan saling membantu antar-rumah
Masyarakat rakit terkenal dengan sikap gotong-royongnya. Mereka saling menjaga tali tambat, memperbaiki rumah yang rusak karena banjir, dan membantu satu sama lain ketika air naik tiba-tiba.
Namun, semua ini mulai berubah.
Modernisasi dan Ancaman Kepunahan Rumah Rakit
Seiring waktu, keberadaan rumah rakit semakin tergerus. Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya populasi rumah rakit antara lain:
1. Regulasi Pemerintah
Untuk menjaga keamanan dan estetika kota, sebagian rumah rakit dipindahkan atau dibongkar karena dianggap tidak sesuai dengan tata kota modern.
2. Penurunan Kualitas Air
Aktivitas industri, limbah, dan kurangnya pengelolaan lingkungan membuat kualitas air Sungai Musi tidak sebersih dulu.
3. Berkurangnya Generasi Penerus
Anak-anak dari keluarga rakit mulai memilih tinggal di daratan yang lebih stabil dan modern.
4. Masuknya Hunian Modern
Rumah permanen dengan fasilitas listrik, air bersih, dan layanan digital menggeser ketertarikan hidup di atas air.
Kini, rumah rakit yang tersisa lebih berfungsi sebagai simbol sejarah daripada tempat tinggal utama. Hanya sedikit keluarga yang bertahan mempertahankan tradisi ini.
Melihat Komunitas Rakit Secara Etis: Wisata Sungai Tanpa Mengganggu
Untuk wisatawan yang ingin melihat kehidupan rumah rakit, penting untuk melakukannya dengan cara yang menghargai privasi warga. Salah satu cara terbaik adalah menggunakan perahu wisata resmi yang biasanya berangkat dari dermaga di dekat Benteng Kuto Besak.
Beberapa tips:
-
Jangan mengambil foto terlalu dekat tanpa izin.
-
Hindari membuat suara keras yang dapat mengganggu aktivitas warga.
-
Jaga kebersihan dan jangan membuang sampah ke sungai.
-
Berinteraksilah dengan sopan jika bertemu warga.
Menghargai mereka berarti ikut menjaga warisan budaya yang hampir hilang.
Menginap di Palembang: Kenyamanan Modern di Parkside Hotel Palembang
Setelah menyusuri Sungai Musi, wisatawan membutuhkan tempat menginap yang nyaman dan strategis. Parkside Hotel Palembang menjadi salah satu pilihan yang sangat ideal.
Hotel ini berada di kawasan pusat kota, dekat dengan berbagai destinasi terkenal seperti:
-
Benteng Kuto Besak
-
Jembatan Ampera
-
Tepian Sungai Musi
-
Pasar 16 Ilir
-
Sentra kuliner pempek
Parkside Hotel Palembang menawarkan kamar yang modern, bersih, dan nyaman untuk wisatawan keluarga maupun solo traveler. Beberapa fasilitas yang bisa dinikmati meliputi:
-
Kamar dengan desain kontemporer
-
Restoran dengan sajian makanan lokal dan internasional
-
Ruang meeting dan ballroom
-
Layanan kamar 24 jam
-
Akses mudah ke kawasan wisata
-
Parkir luas dan aman
Bagi Anda yang ingin mengeksplorasi budaya kota sekaligus beristirahat dalam suasana hotel modern, Parkside Hotel Palembang adalah pilihan yang sangat sesuai.
Melestarikan Jejak yang Hampir Hilang
Komunitas rakit adalah bagian penting dari identitas Palembang. Meski keberadaannya semakin sedikit, kisah-kisah kehidupan di atas air tetap menjadi warisan budaya yang layak dilestarikan.
Mengenal mereka adalah mengenal Palembang dari sudut pandang yang berbeda—bukan hanya kota kuliner dan sejarah, tetapi kota yang hidup berdampingan dengan sungai yang membesarkannya.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apakah rumah rakit masih banyak ditemukan di Palembang?
Tidak sebanyak dulu. Saat ini rumah rakit hanya terdapat di beberapa titik sungai dan sebagian besar sudah tidak dihuni secara permanen.
2. Bagaimana cara melihat rumah rakit dari dekat?
Anda bisa mengikuti tur perahu di Sungai Musi. Tur ini akan membawa Anda melewati kawasan rumah rakit tanpa mengganggu aktivitas warga.
3. Apakah aman untuk wisatawan melakukan tur di Sungai Musi?
Ya, selama menggunakan jasa tur resmi dan mematuhi aturan keselamatan seperti memakai pelampung.
4. Apakah Parkside Hotel Palembang dekat dengan Sungai Musi?
Hotel ini memiliki lokasi yang strategis di pusat kota, sehingga hanya butuh waktu singkat untuk mencapai kawasan Sungai Musi dan Jembatan Ampera.
5. Apakah wisatawan bisa berinteraksi langsung dengan warga rumah rakit?
Bisa, namun tetap harus dilakukan dengan sopan dan tidak mengganggu aktivitas harian mereka. Sebaiknya selalu meminta izin terlebih dahulu.